A. VISI BARU MANAJEMEN SEKOLAH
Di Indonesia, MBS relatif baru diperkenalkan sebagai
sebuah para digma manajemen sekolah. Spirit MBS makin kencang karena pada
tataran internasional MBS ini makin menampakan kemapanan.
Visi pada intinya adalah pandangan jauh ke depan,
mendalam, dan luas yang merupakan daya pikir abstrak yang memiliki kekuatan
dahsyat dan dapat menerobos segala batas – batas fisik, waktu, dan tempat (
Gaffar, 1995).
Dilihat dari perspektif waktu, visi pada intinya
menyoal tentang masa depan, dengan rentang waktu (Time frame) tertentu. Visi merupakan komponen sentral dari semua
great leadership. Terminology leadership merujuk pada dua hal. Pertama adalah orang – orang yang duduk
pada posisi pimpinan yang benar – benar piawai dalam menjalankan tugas pokok
dan fungsinya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif, efisien, dan
dengan akuntabilitas tertentu. Kedua
adalah posisi – posisi strategis yang diduduki oleh manusia organisasional,
seperti eksekutif puncak, rektor perguruan tinggi, direktur akademi.
Visi adalah suatu inovasi didalam dunia manajemen
modem, terutama manajemen srategik. Istilah strategik ini merujuk pada posisi
pimpinan puncak sebuah organisasi, termasuk organisasi pendidikan, juga
sekolah. Visi merupakan atribut kunci kepemimpinan, termasuk kepemimpinan
akademik sekolah.
Visi sekolah pada intinya adalah statemen paling
fundamental (fundamental statement) mengenai nilai, aspirasi, dan tujuan
institute persekolahan. Oleh karena itu. Visi sekolah meupakan kunci
keberhasilan sebuah lembaga sekolah yang dikelola secara profesional.
Visi yang baik dirumuskan secara sederhana dan
terfokus, dapat ditangkap maknanya oleh staf atau tenaga pelaksana,
menggambarkan kepastian, dapat dilaksanakan, serta realistis. Visi macam apa
yang diperlukan oleh mereka?
1.
Visi yang mampu merangsang kreativitas dan bermakna
secara fisik psikologis bagi kepala sekolah, guru, staf tat usaha, dan anggota
komite sekolah.
2.
Visi yang dapat menumbuhkan kebersamaan dan pencarian
kolektif bagi kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan anggota komite sekolah
untuk tumbuh secara profesional
3.
Visi yang mampu mereduksi sikap egoistik - unit ke format berpikir kolegialitas,
kompreshensif, dan bekerja dengan cara – cara yang dapat diterima oleh orang
lain.
4.
Visi yang mampu merangsang kesamaa sikap dan sifat
dalam aneka perbedaan pada diri kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan anggota komite
sekolah, sekaligus menghargai perbedaan dan menjadikan perbedaan itu sebagai
potensi untuk maju secara sinergis.
5.
Visi yang mampu merangsang seluruh anggota, dari haya
bekerja secara proforma ke kinerja riil yang bermaslahat, efektif, efesien, dan
dengan akuntabilitas tertentu.
B. STANDAR MUTU LAYANAN PERSEKOLAHAN
Pada format pengelolaan pendidikan yang sentralistik,
sekolah menjadi unit birokrasi dan guru sering diposisikan sebagai bagian dari
karyawan birokrasi pemerintahan.
Birokrat pendidikan dan unsur birokrasi terkait
seperti Dinas Diknas dan pemerintah daerah kabupaten / kota, mendelegasikan
kepada kepala sekolah untuk menjalankan tugas pokok dan funginya secara otonom.
Selanjutnya, kepala sekolah dapat mengatur atau mengelola sekolahnya dengan
prakarsa pemberdayaan tertentu.
Proses desentralissi di level kompleks sekolah (school building) ini sering kali
menimbulkan banyak masalah yang berhubungan dengan peran individu guru. Masalah
itu berkisar sebagai berikut:
1.
Pemahaman Konsep Manajemen Partisipatif
Konsep adanya perlibatan semua anggota komunitas dalam proses perbuatan
keputusan sekolah. Keputusan sekolah.
2.
Aplikasi Konsep Manajemen Partisipatif
Keiklhasan kepada sekolah untuk berbagi kewenangan dan kematangan
komunitas sekolah menerima delegasi tugas menjadi prasyarat bagi berfungsinya
semua komponen dalam mendukung usaha pendidikan dan pembelajaran.
3.
Pemahaman Akan Konsep Pendidikan dan Pembelajaran
Lembaga pendidikan tidak hanya menjalankan fungsi reproduksi dan
desiminasi ilmu pengetahuan, teknologi , dan seni, tetapi juga yang utama
adalah pembentukan kesejatian anak didik sebagai manusia masa depan yang tumbuh
secara dewasa.
4.
Tradisi Ketergantungan yang Sudah Berlangsung Lama
MBS meniscayakan adanya kemandirian dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program.
5.
Profesionalisme Pendidikan dan Keguruan
Hal ini merupakan kunci utama bagi kepala sekolah dan guru dalam
menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran secara efektif, baik
didalam maupun didalam kelas.
6.
Etos Kerja Komunitas Sekolah
Satu penyakit yang paling sulit disembuhkan di lingkungan sekolah adalah
etos kerja kepala sekolah dan guru yang untuk sebagian masih rendah.
7.
Rasa Saling Percaya
Ada kalanya menjadi tabiat (nature)
manusia, termasuk komunitas sekolah, bersifat curiga pada seseorang yang lain,
merasa pintar dan benar sendiri, iri atas kemampuan dan prestasi sejawat, tidak
siap bersaing, dan sebagainya.
8.
Dukungan Kerja Ketatalaksanaan Sekolah
Di lembaga sekolah, selayaknya pada organisasi apa pun, tenaga tata
laksana menjalankan tugas sebagai pendukung (supporting
system) yang dapat memperlancar roda kerja organisasi.
9.
Dimensi Faslitatif atau Sarana dan Prasarana
Sekolah yang kompeten umumnya didukung oleh sumber daya pembelajaran dan
instrumen teknologi yang memadai.
10. Dukungan
Masyarakat
Sekolah yang bermutu bukanlah untuk sekolah, melainkan untuk anak didik
dan masyarakat.
Standar mutu layanan minimum ( SMLM), terutama berhubungan dengan hal –
hal sebagai berikut.
a.
SMLM kinerja kepala sekolah berkaitan dengan
pelaksanaan tugas kepemimpinan dan keadministrasian.
b.
SMLM etos dan kinerja guru berkaitan dengan disiplin
kerja, proses pembelajran dan evaluasi, capaian kegiatan pengajaran, pemberian
umpan balik kepada anak didik untuk kepentingan akademik dan nonakademik,
layanan bimbingan konseling kepada siswa, kegiatan pengembangan profesional, administrasi
kelas, dan tugas nonakademik lainnya.
c.
SMLM kinerja tat usaha berkaitan dengan kearsipan, pengetikan, penggandaan,. Ketatalaksanaan
keuangan, penyampaian surat – menyurat, dan pelayanan batu lainnya.
d.
SMLM partisipasi masyarakat akan pendidikan anak,
terutama di bidang pembiayaan, pendidikan anak dirumah, pengawasan belajar
anak. Memberi masukan demi kebaikan dan perbaikan kinerja sekolah, dan lain –
lain.
e.
SMLM daya dukung
pembelajaran, seperti alat peraga pembelajaran, alat laboraturium, perpustakaan,
buku, tata lingkungan sekolah, dll
f.
SMLM etos belajar anak didik, berkaitan dengan disiplin
umum sekolah, disiplin belajar, ketertiban siswa secara pribadi, kegiatan yang
bersifat partisipatif, program ekstrakulikuler, dll
g.
SMLM prestasi belajar anak didik, khususnya
prestasi belajar kulikuler dan ekstra,
termasuk prestasi untuk program yang
bersifat kompetisi atau lomba.
11. Etos
Belajar Siswa
Siswa adalah subyek utama layanan pendidikan dan
pembelajaran. Sebagai bagian dari anggota komunitas sekolah, guru harus
memegang dan menjunjung tinggi tanggung jawab ketika dia diberi kewenangan.
Bagi komunitas dari sekolah yang si berikan kekuasaan
mengelola institusinya secara otonom, keputusan tentang kualitas lingkungan
belajar harus dibuat oleh kelompok kerja atau dengan menggunakan pendekatan
partisipatif.
Guru harus bertanggung jawab lebih besar dari sekedar
menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran, tanpa harus mengorbankan
tugas utama mereka. Guru harus menyuplai energinya lebih besar bagi kegiatan
pendidikan dan pembelajaran dikelas. Tugas tambahan yang diembankan kepadanya,
karenanya harus relevan dengan kebutuhan dan keinginan mereka sebagai guru.
C. MULTI KELOMPOK KERJA DALAM KERANGKA MBS
Kelompok kerja ini diberi tambahan tanmggung jawab dan
umumnya hal itu berdampak pada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
kerja mereka
Esensi penugasan kelompok ini adalah agar anggotanya
dapat merangsang loyalitas dan berfungsi memberikan dorongan secara psikologis,
sebagai perluasan atas tugas profesional kelompok.
Berkaitan dengan KKG, Djam’an Satori (1989) antara
lain menggariskan beberapa fungsi
dominanya, seprti :
(1). Sebagai ajang pertemuan atau silaturahmi
antarsesama guru, karena melalui forum ini mereka dapat saling
mengenal dan memupuk rasa kekeluargaan diantara rekan sejawat;
(2). Sebagai wadah bertukar pikiran dan pengalaman
antar sesama guru;
(3). Sebagai wadah pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari – hari
(4). Sebagai wadah peningkatan kemampuan profesional
(5) Sebagai wadah menimba pengalaman dari guru senior
(6). Sebagai wadah kerjasama untuk memecahkan masalah
yang dihadapi oleh guru dalam keseharian tugasnya
(7). Memupuk sikap kritis dan terbuka terhadap
perubahan – perubahan atau inovasi
baru dalam bidang pendidikan, terutama pembelajaran.
(8). Sebagai wahana bagi guru untuk mengoreksi atau
menyadarkan diri atas kelemahannya.
(9). Menambah pengetahuan dan kecakapan baru
(10). Mengembangkan kreativitas
(11). Memupuk rasa ingin tahu
(12). Membangun kepercayaan pada diri sendiri dan
sejawat
(13). Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap
orang lain
(14). Membina rasa persatuan dan kesatuan sesama guru
(15). Mengembangkan kemampuan pemimpin
(16). Megurangi kebosanan kerja
(17). Menumbuhkan rasa cinta dan menghargai profesi;
dan lain – lain.
Kelompok kerja berpotensi untuk menciptakan konflik,
program pengembangan staf dapat ditawarkan mungkin untuk menolong guru
mengatasi konflik, mengatasi stres, dan menggunakan teknik resolusi konflik
untuk memajukan kelompok.
Sebagai masyarakat sipil, tenaga guru di optimalkan
dengan kewajibannya untuk tetap menumbuhkan persatuan dan kesatuan secara
profesional di sekolah.
Ketika MBS diterapkan, jaminan sepihak dari sekolah
yang otonom dapat saja melahirkan bencana besar. Sejarah, budaya, dan kontruksi
bangunan sekolah mendorong terjadinya pengisolasian guru. Mungkin konsep
isolasi ini muncul dari suatu ruangan atau akibat dari desain ruangan di
sekolah,
Keadaan masyarakat sekarang yang rumit dan berbagai hal
yang biasa. Terjadi di sekolah mendorong guru sebagai tenaga profesional harus
sering berdiskusi dengan para koleganya. Beberapa pilihan dari cara yang ada
untuk memerangi isolasi guru yang sudah sukses diterapkan bertahun – tahun di
beberapa tempat berbeda, dikemukakan oleh Snyder dan Anderson (1986), yaitu
sebagai berikut:
a.
Tim pengajar,
b.
Sistem tidak bertingkat
c.
Banyak tingkat/bermacam tingkatan kelas (3 – 4 – 5 – 6)
d.
Taman pendidikan
e.
Pengelompokan pengajaran yang berbeda yang bersifat
sementara
f.
Penataan staf (
staffing ) yang berbeda – beda
g.
Perencanaan system administrative kerumahtanggaan
sekolah
h.
Sekolah alternative
i.
Sekolah mini
j.
Sekolah yang menarik
k.
Sekolah dengan pilihan atau derayonisasi
l.
Pengajaran yang terprogram
m.
Pengajaran yang berbasis computer
n.
Belajar mandiri
o.
Kelompok belajar dan koomperatif
p.
Pusat sumber belajar
q.
Pedidikan individual yang terarah
r.
Pusat media
s.
Perencanaan yang matang, kelompok kecil, kelompok
besar, dan pembelajaran individu
t.
Pembelajaran yang bersifat tuntas
u.
Sekolah diruangan terbuka
v.
Teknologi
Jika sekolah mampu mengorganisasikan beberapa
diantaranya, berarti hal ini adalah suatu penerapan menejemen sekolah yang
istimewa. Penelitian Snyder dan Anderson (1986) telah menciptakan beberapa
prinsip pengorganisasian sekolah yang efektif. Di sini pengguna harus terlibat
dalam perencanaan pada proses pertumbuhan apapun. Secara normatif beberap
prinsip yang dimaksud disajikan berikut ini
.
- Iklim sekolah yang produktif, dimana tidak ada
masalah berapa besar yang muncul dari keberagamaan hasil dialog kelompok,
pengambilan keputusan dan tindakan yang ada.
- Insiatif memacu produktivitas akan lebih mudah
diwujudkan oleh kelompok yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
tertentu daripada usaha individual, kecuali kalau pekerjaan itu sangat
spesifik dan keahlian tunggal.
- Perlibatan kelompok kecil cenderung menghasilkan
kejelasan tujuan yang lebih, usaha koordinasi yang lebih besar dan
keprcayaan yang lebih besar untuk bekerja sama secara produktif.
- Mengorganisasikan sekolah menjadi pengelompokan
yang permanent dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pengembangan khusus yang bersifat jangka panjang.
- Keanggotaan lima sampai tujuh ukuran kecil yang
optimal
Kelompok kerja ini dapat di kategorikan menjadi tiga
jenis atau tipe yaitu tim pengajar permanen. Kelompok kerja sementara dapat berupa
satuan tugas untuk mendesain atau menyelesaikan persoalan khusus. Kelompok
kepemimpinan misalnya, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah atau kelompok
tertentu yang dikader sebagai calon pimpinan sekolah.
Meski kelompok kerja guru itu bersifat permanen, dalam
artian setiap orang bekerja melalui kelompok dan akan terus berlangsung selama
tahun ajaran, pengelompokan itu akan bersifat cukup fleksibel untuk diadakan
peubahan personaliannya dan /atau perubahan tugas saat doibutuhkan.
Produktivitas kelompok berdasarkan pada bagian berikut
ini:
1.
Kepemimpinan yang efektif
2.
Kejelasan tanggung jawab
3.
Kelompok menyediakan status dan penghargaan
4.
Perlindungan yang sukses atas serangan dari luar akan
meningkatkan hubungan
5.
Evaluasi yang memuaskan oleh orang luar
6.
Ketertarikan personal dari satu anggota terhadap
anggota yang lain
7.
Pembagian nilai
8.
Kompetisi antar kelompok dapat membawa kedekatan
antaranggota
9.
Penyediaan kesempatan bertambahnya interaksi
10. Menjaga
kelompok tetap kecil
11. Memahami
siapa bertanggung jawab atas apa
12. Memahami
dan membuat keputusan tentang cara / gaya membuat keputusan
13. Melapor
proses pada pimpinan/ kepala sekolah
D. HUBUNGAN ANTARIDIVIDU DAN URAIAN TUGAS
Inti kegiatan manajemen adalah proses penggerakan
sumber daya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Satu hal umum tentang
masalah manajemen lingkungan sekolah harus berkaitan dengan produktivitas
sekolah berbasis MBS itu beroperasi. Prinsip umum evaluasi guru dengan
menggunakan pendekatan manajemen by
objectives (MBOs) sebagaimana pernah disarankan agaknya layak diikuti. Apa
yang perlu dikuatkan disini adalah hubungan antara individu dan tujuan kelompok
kerja.
Disamping dimaksudkan untuk menjelaskan peran guru
peryataan tentang uraian tugas ini menguatkan proses pengawasan dari kelompok
kerja. Konsep dasarnya disajikan seperti berikut ini.
- Individu menentukan jenis satuan tujuan jangka
panjang dan tujuan jangka pendek, termasuk tujuan tahunan yang menerangkan
misi pembentukan kelompok kerja mereka.
- Kelompok kerja bersama – sama menentukan tujuan
tahunan yang menerangkan strategi utama yang akan diharapkan oleh kelompok
kerja agar unit ini dapat membantu sekolah memenuhi tujuan jangka
panjangnya.
- Beberapa bentuk pengawasan dilembagakan. Ini dapat
dijadikan sebagai pemenuhan opsi, seperti observasi terbimbing, pelatian
sejawat, umpan balik siswa, rekaman audio visual untuk kritik, presentasi
portofolio (posisi kewajiban).
- Proses peninjauan sumatif pekerjaan tahunan
dilaksanakan oleh kepala atau perancangnya berdasarkan aktivitas sebelumnya.
Sebagai hasilnya, yaitu rekomendasi pembaruan kontrak, perpanjangan waktu,
pensiunan, tanpa program tugas kelompok kerja, tindakan remedial, dan
promosi.
E. PERTEMUAN GURU DAN PEMECAHAN MASALAH
Kelompok kerja guru berskala kecil efektif untuk memecakan
masalah atau mengadakan pertemuan bagi aneka keperluan. Jika ada prodedur
internal yang membunuh atau merintangi pemberdayaan, pertemuan kelompok kecil
biasanya efektif untuk mengatasinya. Rintangan partisipasi pada kelompok kecil
pun lebih memahami hal – hal yang yang harus mereka kerjakan daripada anggota
kelompok besar yang partisipasinya cenderung semu.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyewa
konsultan dari luar (outsourching) ke
sekolah untuk menolong seluruh staf dalam proses kelompok dari luar dengan pola
kerja (biasanya) secara kontrak atau menurut skedul kerja.
Dengan merangkum pendapat Benyamin (1978), Leland
(1976), dan fox (1987), berikut ini disajiakan beberapa saran berkaitan dengan
imteraksi kelompok kecil.
1.
Pada perspektif sosial atau psikologikal, pertemuan
secara keseluruhan harus berorientasi kelompok.
2.
Semua sumber menekankan bahwa seluruh partisipan harus
menjadi pendengar aktif.
3.
Proses pengambilan keputusan yang terencana sangat
diperlukan.
4.
Waktu dan lamanya pertemuan harus diatur sesingkat
mungkin.
5.
Agenda yang disiapkan lebih disukai
6.
Baik proses pertemuan maupun kualitas keputusan perlu
diawasi
7.
Partisipasi harus waspada terhadap masalah yang
dipikirkan oleh kelompok.
8.
Menentukan tujuan pertemuan dengan hati – hati
9.
Gunakan brainstorming
dengan benar, yaitu dengan menunda evaluasi dan pemutusan tentang suatu
pemikiran sampai beberapa waktu kemudian.
10. Kelompok
biasanya membutuhkan beberapa jenis rekaman data atau untuk informasi dari sekretaris.
11. Aturan
yang muncul “seketika” mendapat tempat, tetapi pada sebagian besar hal itu
dihindari.
F. GURU DAN PERAN – PERAN BARU
Umunya, ada sedikit pelayanan guru yang dimaksudkan
mempersiapkan mereka untuk menerima peran baru sebagai profesional yang memberi
pemberdayaan atau menerima delegasi tugas tertentu.
Peran baru (new
roles) dapat saja bervariasi antar sekolah, antar guru, dan antar kelompok.
Meski berbeda – beda diharapkan guru dapat menerima peran baru, seperti berikut
ini.
1.
Menentukan tujuan individu dan tujuan profesional yang
tertulis dengan baik, dapat diukur dan dapat diterapkan pada tujuan unit,
sekolah, dan daerah.
2.
Membicarakan dengan kepala sekolah tentang tujuan ini
dapat meyakinkannya bahwa tujuan lebih dilaksanakan.
3.
Menjadi kontak personal (orang utama dihubungi ) oleh
orang tua anak di unitnya.
4.
Menjadi juru bicara untuk pekerjaan sekolah atau
menjadi penghubung antara sekolah dan public.
5.
Bersiap untuk duduk dalam pertemuan tim yang efektif
dan efisien, selain berpartisipasi pada proses saling berbagai pekerjaan.
6.
Membantu tim membuat keputusan di sekolah dan berlatih dalam
membuat keputusan kelompok dengan berbagai metode.
7.
Menjadi tim penilai atau juri yang cakap atas materi
kurikulum mengetahui cara menyeleksi, menjalankan, dan mengevaluasi materi
pengajaran.
8.
Bertindak sebagai pasangan pelatih atau conterpart pelatihan tertentu.
9.
Bertidak sebagai pasangan evaluator yang memanfaatkan
system evaluasi sekolah dan teknik observasi, selain memiliki sikap yang
objektif dan profesional.
10. Pembiasaan
atas variasi teknik pengajaran, termasuk mengetahui teknik yang terbaik bagi siswa dan mengetahui waktu
menggunakan teknik ini,
11. Dapat
meyakinkan peran baru ini secara objektif dan cerdas pada orang tua siswa.
12. Mendalami
pemahaman tes yang standar, waktu menggunakannya, dan proses enginterprestasikan
atau menerjemahkan.
13. Menjadi
spesilis masalah mata pelajaran pada satu atau lebih bidang
14. Menjadi
pendidik umum
15. Menyusun
tes in house untuk pencapaian mata
pelajaran
16. Menulis
tujuan pengajaran untuk memenuhi subjek (mata pelajaran) utama.
17. Mengelola
anggaran unit
18. Mengawasi
guru – guru siswa
19. Bertindak
sebagai metor bagi guru baru
20. Menyewa
guru baru sebagai bagian tim pemeriksa
21. Pandai
menggunakan computer
22. Dapat
melaksanakan dan mengajarkan penelitian keputakaan
23. Membelah
kayu untuk pembakaran ( hanya ingin melihat jika anda memperhatikan).
24. Menjaga
pendidikan pengajaran dan kecerdasan kebijakan pendidikan dalam status yang
tidak ketinggalan zaman.
Sepuluh bumbu penting bagi rencana pengenbangan profesional yang
produktif adalah sebagai berikut.
1.
Merumuskan tujuan pengembangan profesi seluruh sekolah.
2.
Membangun tujuan tim dan bidang keahlian tahunan
3.
Menerapkan system evaluasi yang mengembangkan orientasi
4.
Merencanakan program pengembangan profesional yang
berinteraksi dalam program evaluasi
5.
Melibatkan tenaga akademik dalam prosesnya
6.
Berekperimen dengan aktivitas pasangan pelatihan. Jika
tercapai, kemudian menyatukannya salam program jangka panjang.
7.
Mengadakan sistem mentor dan dorongan bagi guru yang
bermasalah.
8.
Mengadakan sistem pendorongan yang berkelanjutan bagi
guru bermasalah.
9.
Meyakinkan adanya komitmen anggaran yang cukup
10. Memperoleh
komitmen dan penghargaan dari kantor dinas diknas.
Kondusivitas dan rangsangan manajemen sekolah menjadi
penting bagi guru yang akan menerima tanggung jawab lebih banyak daripada sebelumnya.
Agar mereka mampu mengaplikasikannya, sekolah harus menyedikan hal – hal
seperti berikut ini.
- Ada diskripsi kerja ( job description) yang
biasanya memuat peryataan yang menggambarkan tentang siapa melakukan apa.
- Guru harus mengetahui kemajuan tentang apa dan
bagaimana mereka mengevaluasi. Didasarkan pada uraian tugas itu, baik
tugas akademik maupun administrative.
- Harus ada filosofi pengajaran bagi sekolah dan
taktik guru untuk unit kerja konsep ini harus secara jelas dipahami oleh
seluruh anggota yang berpartisipasi.
- Jika berbagai macam observasi terjadi, apakah itu
berpasangan.
- Harus ada sistem pengecekan (checkpoint) pada pengetahuan guru terhadap mata pelajaran
utama yang ditugaskan.
- Saat guru memiliki segala bentuk pengawasan dan
peran kepemimpinan seperti pemimpin tim atau departemen, perlu ada
klarifikasi peran itu, kekuasaan apa (jika ada) yang telah diberikan atau
dideligasikan
G. KONTINUASI PROFESIONALISME
Deskripsi ringkas mengenai beberapa hal yang berkaitan
dengan istilah porofesi disajikan berikut ini. Kata profesional merujuk kepada
dua hal. Pertama adalah orang yang
menyandang suatu profesi, seperti Ali seorang profesional” . Orang yang profesional
biasanya melakukan pekerjaan secara otonom dan dia mengabdikan diri pada
pengguna jasa disertai dengan rasa tanggung jawab atas kemampuan
profesionalnya. Istilah otonom disini bukan menafikan kolegialitas, melainkan
harus diberi makna bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh seorang penyandang
profesi itu benar – benar sesuai dengan keahliannya. Otonomi itu adakalanya
berseri, misalnya seorang dosen melakukan pekerjaan mulai dari mempersiapkan
bahan ajar, melakukan tugas – tugas pembelajaran, hingga melakukan evaluasi,
dan menetapkan nilai akhir untuk mahasiswanya.
Kedua adalah kinerja atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya.
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris profesionalism yang secara leksikal
berarti sifat profesional.
Orang profesional memiliki sikap yang berbeda dengan
orang yang tidak berprofesional, mesti mereka mengerjakan pekerjaan yang sama
atau katakanlah berada pada satu ruang kerja.
Profesionalisme merupakan proses peningkatan
kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai
criteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh
profesinya itu. Yaitu peningkatan status dan peningkatan status dan peningkatan
kemampuan pektis. Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat atau karakteristik
profesi itu disimpulkan sebagai berikut.
1. Akademik Intelektual yang Diperoleh Melalui
Pendidikan Akademik
Pendidikan
yang dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Selain itu, kemampuan intelektual didapat pula
dari pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.
2.
Memiliki
Pengetahuan Spesialisasi
Pengetahuan spesialisasi adaiah sebuah kekhususan penguasaan bid.ang. keilmuan tertentu
3.
Memiliki Pengetahuan Praktis yang Dapat
Digunakan Langsung oleh Orang Lain atau Klien
Pegetahuan khusus itu
bersifat aplikatif. Aplikasi ini didasari
atas kerangka teori yaug
jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam
pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada
klien.
4.
Memiliki Teknik Kerja yang Dapat
Dikomunikasikan (Communicable)
Seorang
guru haras mampu berkomunikasi sebagai gum, dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami
oleh peserta didik.
5.
Memiliki Kapasitas Mengorganisasikan Kerja
Secara Mandiri(Self-Organization)
Istilah
mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat
dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, raeski
tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.
6.
Mementingkan Kepentingan Orang Lain (Altruism)
Seorang guru harus siap memberikan layanan kepada anak didiknya
pada saat bantuan itu diperlukan, baik
di kelas, di lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah.
7.
Memiliki Kode Etik
Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja
Asumsi berikut
menjelaskan pandangan bahwa pendidik akan diperlakukan dengan hormat jika
hal-hal berikut diterapkan
1.
Secara
relatifmereka dibayar lebih baik daripada apa yang mereka dapatkan sekarang di mana pun mereka dipekerjakan.
2.
Mereka
mempunyai pilihan untuk mengaktualkan kemampuan profesionalnya dengan bekerja secara memandu
sendiri.
3.
Mereka
mempunyai peluang untuk menyuarakan secara lebih besar mengenai peran dalam tugas mereka.
4.
Adanya kejelasan
mengenai alur puncak karier yang tersedia bagi mereka.
5.
Mereka mengawasi peran
mereka sendiri
6.
Mereka
membuat keputusan tentang siswa pada level unit kerja mereka.
7.
Mereka
memiliki rencana pembayaran jasa yang dibedakan antara guru yang mampu dan yang kurang mampu.
8.
Aktualisasi
diri dalam kerangka membangun relasi dengan yang lain.
9.
Pemberian
tanggung jawab dan tambahan kesejahteraan dalam aneka bentuknya.
10.
Lingkungan memberikan
suplai di mana disiplin tidak lagi menjadi tokus utama perilaku guru.
11.
Adanya
perlindungan kebebasan
H. MENUJU ARAH PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH
Secara konseptual menerima realitas mengenai perlunya peningkatan kinerja institusi
persekolahan sebagai salah satu instrumen pengembangan sumber daya manusia. Realitas dimaksud adalah seBagal berikut. Pertama adalah
pergeseran norma sosial dari abad industri ke abad informasi yang ikut memberi tekanan kuat terhadap
perubahan kinerja institusi pendidikan. Kedua adalah migrasi pekerja
pada tataran internasional yang kian terbuka dan memberi "tekanan"
pada tenaga kerja lokal. Ini berarti bahwa lembaga sekolah harus mampu
menyiapkan anak didik untuk menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan dan
keterampilan tertentu agar siap' bersaing. Ketiga adalah tuntutan akan kemitraan antarwarga
sejagat, bersamaan dengan
keharusan untuk siap berkompetisi pada aneka sektor, termasuk di sektor pendidikan. Keempat adalah
pendidikan makin memasuki era massal, mulat dari tingkat dasar sampai dengan
pendidikan tersier.
Di Indonesia, ada
kecenderungan bahwa pengangkatan kepala sekolah lebih banyak didasarkan pada
aspek loyalitas, senioritas, kinerja sebagai guru dan atau sebagai wakil kepala sekolah, ketimbang
melihat aspek kompetensi, kualifikasi akademis, dan profesionalitas. Kondisi seperti ini tidak dapat
dipcrtahankan lagi dengan pelbagai
alasan berikut ini.
Pertama, kepala sekolah adalah suatu profesi
yang menuntut penguasaan sejumlan
kemampuan atau kompetensi.
Kedua, pelbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu aspek paling lemah
dari penyelenggaraan. sekolah kita dewasa ini
ialah aspek manajemen.
Ketiga tatangan yang dihadapi oleh
dunia pendidikan (termasuk sekolah) untuk saat ini terutama pada masa
mendatang, sangat berat seiring dengan kemajuan dibidang lainnya.
Keempat, kemampuan pemerintah untuk menyediakan
anggaran penyeleng-garaan
pendidikan di sekolah semakin terbatas, sedangkan tuntutan dana di sekolah
semakin meningkat.
Pendidikan
prajabatan bagi jabatan kepala sekolah dipandang sebagai salah satu solusi
utama dalam upaya semua pihak untuk memberdayakan sekolah sehingga mampu
menghadapi pelbagai perkembangan bahkan terhadap pelbagai gejolak, baik secara
langsung maupun tidak langsung menerpa dunia pendidikan.
. Tujuan program pendidikan khusus kekepala sekolahan disajikan berikut ini. Pertama, program ini
mendidik kepala sekolah untuk tampil secara lebih profesional daripada
kemampuan yang mereka miliki sekarang, yaitu mampu mengantisipasi dan
menghadapi perubahan yang cepat, khususnya di bidang pendidikan dan mampu memberikan solusi yang tepat dalam
rangka rr»ember-dayakan sekolah menjadi center
of excellent dengan menggunakan meiode ilmiah yang bersandar pada pendekatan manajemen modern.
Kedua, program ini mendidik kepala sekolah
yang memiliki:
(a) Kompetensi
dalarfi merumuskan visi,
misi, tujuan, program, dan strategi sekolah;
(b) Kompetensi
dalam pengelolaan program sekolah secara menyeluruh;
(c) Kompetensi
dalam pengelolaan program pengajaran;
(d) Kompetensi dalam pengelolaan murid;
(e) Kompetensi dalam pengelolaan personel sekolah:
(f) Kompetensi dalam pengelolaan keuangan sekolah;
(g) Kompetensi dalam pengelolahan sarana dan prasarana;
(h) Kompetensi dalam pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat.