Sabtu, 07 April 2012

Mazhab Austria Carl Menger

      

 

Ekonomi Mazhab Austria adalah cabang ekonomi neo klasikal yang dibentuk di Wina (ibu kota Austria) pada akhir abad ke 19 dan paruh pertama abad ke 20.  Mazhab ini secara keras menentang Marxisme - dan secara umum mengkritik penggunaan teori ekonomi untuk membenarkan intervensi pemerintah di bidang ekonomi.  Tokoh-tokoh paling terkenal dari mazhab ini adalah Carl Menger, Friederich Hayek, Joseph Schumpeter, dan Ludwig Von Mises. Mazhab Austria menekankan definisi ekonomi sebagai sebuah ilmu yang bertumpu pada tingkah laku manusia dalam berbagai hubungan antara lain mencukupi kebutuhan, realita kelangkaan, dan alternatif yang tersedia.

 Dalam mazhab ini tokoh Carl Menger sangat berperan. Selain teori-teorinya yang dipakai. Carl Menger dianggap sebagai bapak pendiri mazhab ekonomi Austrian. Hal ini disebabkan ia bertanggungjawab atas pengembangan dua pilar ekonomi Austrian.

·         Pertama, Menger membantu membentuk teori nilai subjektif.

·         Kedua, ia berpendapat bahwa pengetahuan ekonomi hanya dapat diperoleh dengan menarik kesimpulan dari asumsi-asumsi yang sudah dianggap benar.

 

    II.            BIOGRAFI TOKOH

  Carl Menger lahir di Neu-Sandez, 1840. Beliau merupakan putra pengacara yang ibunya adalah putri dari pedagang Bohemian yang kaya. Menger adalah salah satu dari tiga bersaudara. Pada tahun 1859-1860, mempelajari hukum dan ilmu politik di universitas Vienna dan memperoleh gelar Doktor dari Universitas Krakow pada tahun 1867. Setelah menyelesaikan pendidikannya beliau mulai menulis sejumlah novel pendek dan komedi di Koran-koran local. Menjadi reporter di kantor perdana menteri di Vienna. Dan sering menulis untuk Koran resmi wiener zeitung.

Pada tahun 1871 mulai mengajar di Austrian civil service menjadi seorang privatdozent, pengajar yang tak dibayar. Karena ke dermawananya beliau diangkat menjadi seorang professor “extraordinary” di bidang hukum dan ilmu politik dan memgajar pangeran pewaris tahta Austria. Dan hingga akhirnya pada tahun 1879, Menger diangkat sebagai ketua jurusan hukum dan ekonomi politik di Universitas Vienna.

Pada 1903, di usia 63 tahun, Menger mengundurkan diri dari jabatan prestisiusnya sebagai ketua jurusan di universitas Vienna. Hal ini disebabkan sakit, tetapi sakitnya tak pernah diketahui. Baru-baru ini muncul bukti bahwa Carl Menger telah lama menjalin hubungan tanpa nikah dengan Hermine Andermann seorang pelayan. Dan mempunyai putra Karl lahir dan satu setengah tahun kemudian dia mengajukan pensiun. Carl Menger meninggal dalam keadaan belum menikah sebab Hermaine  Katolik, dan seorang katolik tidak boleh menikahi orang Yahudi tetapi dia berusaha dan akhirnya mendapat pengakuan sah dari kaisar Joseph untuk putranya, yang kelak menjadi ahli matematika terkenal. Carl Menger mewarisi Hermine perpustakaannya yang berharga. Hingga seorang Profesor Jepang yang membeli perpustakaan Menger untuk dibawa ke Tokyo. Dan pada 1987, cucu Menger,Eve,menyumbangkan paper-paper Carl Menger untuk Duke University. Untungnya, karya utama dari pengikut-pengikutnya, Natural Value oleh Wiesel dan Positive Theory of Capital oleh Bohm-bawerk, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada akhir abad 19, sehigga teori-teori Carl Menger dapat tersebar.

 

 III.         KARYA ILMIAH

Carl Menger mengeluarkan karya-karya ilmiah diantaranya Principel if economics, Untersuchungen (1883) dan masih banyak yang lain.  

1)      Principel if economics

Pada karya yang pertama ini memuat beberapa hal antara lain:

a)      beliau membuat beberapa sumbangan yang menyangkut teori nilai dan metodologi ekonomi.

b)      seorang dari ahli ekonomi pertama yang menemukan teori kepuasan marjinal dari nilai dan prinsip kepuasan marjinal yang semakin berkurang, dan ia adalah salah seorang pendukung paling awal terhadap teori nilai subjektif

c)      Teori tentang sifat ilmu ekonomi dan cara yang tepat untuk melakukan analisa ekonomi.

d)     Usaha untuk mengembalikan ilmu ekonomi ke dunia nyata karena kurang dihargainya ekonomi klasik di daratan Eropa. Yaitu dengan pengakuan bahwa barang-barang mempunyai nilai karena barang-barang tersebut memenuhi kebutuhan kita.

e)      Menger berpendapat bahwa nilai lebih ditentukan oleh faktor subyektif (kepuasan atau permintaan) daripada faktor obyektif (diaya produksi atau persediaan).

f)       Nilai menurut Menger, berasal dari kepuasan kebutuhan manusia.

g)      Manusia perlu menciptakan permintaan akan barang-barang, karena mereka menjadi kekuatan penggerak dari pertukaran ekonomi dan membantu menentukan harga.

h)      Menger juga berpendapat, karena kebutuhan manusia lebih besar daripada barang yang tersedia untuk memuaskan kebutuhan ini, orang-orang akan memilih secara rasional diantara semua barang alternatif yang tersedia untuk mereka.

i)        Menurut Menger, barang-barang harus memuaskan kebutuhan subyektif dari konsumen, dan konsumen harus mengakui fakta ini jika barang-barang mempunyai nilai.

j)        Menger juga mengakui bahwa ketika semakin banyak jumlah barang yang dibeli seseorang, setiap urutan kuantitas yang dibeli akan mengurangi kepuasan konsumen. Yaitu, orang mempunyai kepuasan marjinal yang menurun ketika mereka banyak mengkonsumsi barang.

k)      Menger  juga mengungkapkan bagaimana individu membuat keputusan sehubungan dengan apa yang hendak dikonsumsi atau berapa jumlah uang mereka yang hendak dibelanjakan. Karena pendapatan konsumen yang tersedia terbatas, individu pertama-tama akan membeli barang-barang yang memuaskan kebutuhan yang lebih penting. Barang-barang dengan nilai subyektif 10 akan dikonsumsi lebih dulu sebelum barang dengan nilai 9, yang pada gilirannya akan dikonsumsi lebih dulu sebelum barang dengan nilai nilai 8 atau dibawahnya.

l)        Menger perdagangan adalah produktif  karena orang-orang tidak akan berdagang kecuali mereka merasa bahwa barang yang mereka terima akan memberikan lebih banyak kepuasan ketimbang barang yang mereka serahkan.

m)    Menurut Menger, karena nilai-nilai berasal dari Individu, analisa ekonomi harus dimulai dengan mempelajari individu. Posisi ini kemudian dikenal sebagai Individualisme netodologis.

n)      Menger juga mengakui bahwa faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal) mempunyai nilai karena mereka memuaskan keinginan secara tidak langsung; faktor-faktor ini dibutuhkan untuk memproduksi barang-barang yang diinginkan oleh orang-orang. Untuk mencari nilai aktual dari faktor-faktor ini Menger berpendapat bahwa kita harus menarik satu unit dari faktor (misalnya pekerja) dan mengamati berapa output yang hilang. Nilai dari output ini adalah nilai yang ditambahkan oleh pekerja tersebut. Nilai ini mempresentasikan kepuasan konsumen yang dihasilkan oleh pekerja itu. Nilai yang diciptakan oleh masing-masing faktor produksi karena itu yang digunakan dalam memproduksi barang pasti tergantung pada nilai yang diharapkan yang diciptakan oleh faktor tersebut.

2)      Untersuchungen (1883)

Karya Menger yang kedua adalah Untersuchungen berusaha menempatkan ekonomi di atas landasan teori dan metodologi yang kuat dengan mempertahankan metodenya dan mengemukakan argumen yang menentang metode Madzhab Historis. Beliau mengisi karyanya ini dengan beberapa hal:

a)      Menger dengan tegas menekankan pada metode analisis individualistik dan fakta bahwa pengetahuan ekonomi diperoleh secara periode atau srbelum pengalaman ekonomi di dunia nyata. Bagi Menger mempelajari ekonomi melibatkan studi preferensi individu (atau permintaan) dan menjelaskan bagaimana hal ini membawa kepada penomena yang diamati seperti perbedaan harga atau barang.

b)      Beliau merupakan ekonom yang memperkuat teori dari Adam Smith dan system kapitalis. Minat utama Menger adalah ingin menggantikan model klasik dengan pendekatan teoritis yang baru.

 

 IV.            TEORI CARL MENGER

Air dan udara memiliki nilai penukaran yang rendah, padahal air dan udara memiliki nilai kegunaan yang tinggi. Sebuah lukisan, patung, dan anggur yang tidak memiliki kegunaan yang tinggi berharga sangat mahal. Seorang tokoh klasik, Richardo, sampai pada akhir hayatnya masih belum memahami kenapa anggur yang disimpan dalam gudang selama 3 atau 4 hari, atau mengapa pohon oak yang nilainya tak lebih dari 2 sen sebelum diolah, tetapi kemudian muncul menjadi senilai 100 pound.

Sekitar tahun 1870 timbul hampir bersamaan di Austria, Perancis dan Inggris suatu ”ajaran nilai baru” yang dikemukakan oleh Karl Menger, Leon Walras dan W. Stenley Jevons. Teori baru ini menempatkan konsumen sebagai obyek penilai terakhir di pusat perhatian ekonomi. Nilai sesuatu barang harus dijelaskan bahwa sesuatu barang mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan. Dengan perkataan lain, suatu barang mempunyai nilai karena barang itu memberikan nilai guna bagi subyek penilai.

Nilai guna bagi seseorang dengan seorang yang lain dapat berbeda. Kegunaan barang juga dipengaruhi unsur subyektifitas. Menurut Mazhab Austria nilai penukar harus dituangkan dari nilai pemakaian yang subjektif, jadi arti barang itu untuk kesejahteraan subjek ekonomi.

Mazhab Austria telah memecahkan soal antinomi nilai, yaitu paradoks ekonomi yang tak terpecahkan oleh kaum klasik dan yang mengatakan bahwa barang yang mempunyai nilai pemakaian yang terbesar seperti air dan hawa justru mempunyai nilai penukaran yang paling sedikit. Dalam hubungan ini, menurut Mazhab Austria, nilai sesuatu barang harus diterangkan bahwa sampai seberapa jauh barang yang bersangkutan mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan.

Untuk memecahkan soal antinomi nilai ini, Menger mengemukakan pembedaan antara kegunaan jumlah seluruhnya suatu barang dan kegunaan satuan tertentu yang ditambahkan atau dikurangkan dari persediaan yang ada. Dalam menilai barang maka harus diperhatikan tidak hanya kegunaanya, tetapi juga harus dipertimbangkan tentang kelangkaanya (scarcity).

Gossen mengemukakan hukum kejenuhan (law of diminishing utility). Selanjutnya Menger berusaha menjawab soal bagaimana konsumen dalam harga tertentu daripada barang-barang akan membagi pendapatannya atas berbagai kategori kebutuhan. Contohnya, seorang konsumen dari penghasilannya akan mempergunakan empat satuan guna untuk kebutuhan makanannya, tiga satuan guna untuk perumahan, dua satuan guna untuk pakaian, dan satu satuan guna untuk sepatu.

Von Bohm Bawerk menunjukkan adanya persaingan pada kedua belah pihak antara penjual dan pembeli yang selanjutnya menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi tingginya harga:

1. Jumlah barang-barang yang dikehendaki

2. Tinggi angka-angka taksiran di pihak para pembeli.

3. Jumlah barang yang ditawarkan.

4. Tinggi angka-angka taksiran di pihak para penjual.

Mazhab Austria menganalisis tentang pembentukan harga diikuti oleh teori pembagian hasil masyarakat yang diketengahkan oleh Menger. Von Bohm Bawerk dan von Wieser yakin bagaimana membagi pendapatan masyarakat kepada faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi. Harga-harga faktor produksi merupakan nilai turunan daripada final product-nya.

Penemuan yang diciptakan oleh Menger, yang diberi nama “law of imputations”. Merupakan hukum yang mematahkan teori David Ricardo dan Karl Max. karena menurut Menger, “factor penentu dalam nilai suatu barang bukanlah kuantitas tenaga kerja atau kuantitas barang-barang lain yang diperlukan untuk produksinya atau kuantitas yang diperlukan untuk reproduksinya. Yang menentukan adalah besarnya arti penting dari kepuasannya dimana kita secara sadar tergantung pada fungsi barang tersebut.

Ringkasnya, Menger telah membalikan arah hubungan sebab-akibat antara nilai dan biaya. Barang konsumen dinilai bukan berdasarkan penggunaan tenaga kerja atau alat-alat produksi lainnya. Sebaliknya, alat-alat produksi adalah berharga karena ada nilai prospektif dari barang konsumen. Jadi, nilai dari semua barang produsen dan capital pada akhirnya ditentukan oleh konsumen.

 

    V.            KELEMAHAN TEORI CARL MENGER

Mulai dari tahun 1875 sampai 1884 Menger terlibat dalam perselisihan metodologis yang sengit dengan gustav Schomoller, seorang pemimpin Mazhab Historis Jerman, perselisihan mungkin merupakan deskripsi yang terlalu eufimistic karena keduanya sesungguhnya saling menghina dan jauh dari perdebatan akademik yang sesungguhnya. Apalagi perdebatan itu sendiri cukup aneh mengingat Menger mempersembahkan The Principles kepada Roscheer seorang pemimpin mazhab histories yang lain.

Menurut mazhab histories, hukum ekonomi harus ditemukan dalam fakta sejarah yang terkumpul selama jangka waktu yang lama. Sebelum fakta tersebut diajukan maka akan terlalu dini untuk mengembangkan teori ekonomi. Cara yang benar untuk memahami adalah melihat pada data sejarah, mencari keteraturan dan kemudian membuat kesimpulan tentang bagaimana ekonomi bekerja. Mazhab historis menolak metode abstrak – deduktif dalam memahami ekonomi dimana prinsip – prinsip ekonomi diambil dari asumsi karakteristik orang dan pasar sebaliknya, mereka menerima relativisme berkenaan dengan hubungan ekonomi dan kebijakan ekonommi bagi mazhab historis dunia bekerjja secara berbeda pada waktu dan tempat berbada pula.

Bertentatangan dengan ini, menurut Menger, teori pembangunan lebih mengutamakan akumulasi data. Menger berpendapat bahwa metode ilmiah yang tepat melibatkan pencarian karakteristik esensial dari fenomena ekonnomi atau hubungan yang diperlukan antara variabel–variabel ekonomi (seperti fakta bahwa harga rendah untuk beberapa barang akan menyebabkan orang lebih banyak membeli barang itu). Ekonomi historis atau ompiris tidak dapat melakukan hal ini karena kadang–kadang harga jatuh dan orang-orang berharap agar harga terus merosot. Akibatnya ekonomi historis tidak bisa memberikan hasil definitif. Menurut Manger hanya introspeksi yang dapat memberikan kebenaran yang absolut dan diperlukan.

 

 VI.            KERELEVAN MAZHAB AUSTRIA

Mazhab Austria merupakan suatu aliran mazhab mengemukakan tentang teori nilai subjektif dimana nilai suatu barang diliat dari kemampuan barang tersebut memberikan nilai guna bagi suatu barang diliat dari kemampuan barang tersebut memberikan nilai lebih subjek penilainya. Namun juga dijelaskan bahwa dalam menilai barang juga harus diperhatikan tentang kelangkaannya. Bila diterapkan denag kondisi saat ini sangat jelas terlihat bahwa jika suatu barang yang memiliki nilai guna sangat besar bagi subyek penilai mengalami kelangkaan, maka harga barang itu memiliki nilai guna yang tinggi, dengan harga tinggi pun masyarakat akan tetap membeli. Misalnya saja beras dan bensin. Pada saat ini kedua barang tersebut tentu merupakan barang yang sangat besar nilai gunanya. Dan saat barang tersebut mengalami kelanngkaan, masyarakat akan tetap membeli meski harga jual.


VII.            KESIMPULAN

Aliran atau mazhab Austria sebenarnya merupakan suatu reaksi terhadap mazhab sejarah (historis) yang lebih memperhatikan politik dan sejarah perekonomian dari teori ekonomi sendiri. Yang menjadi sorotan dari aliran ini ialah nilai dan harga. Menger melihat nilai suatu barang dari sudut konsumen sebagai objek penilai terakhir dari pusat perhatiaan ekonomi. Nilai suatu barang harus dijelaskan bahwa suatu barng mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan dengan kata lain, suatu barang mempunyai nilai karena barang itu memberikan nilai guna bagi subyek penilai.

Mazhab Austria juga memecahkan soal antinomy nilai. Menger mengemukakan nilai suatu barang harus diterangkan bahwa sampai seberapa jauh barang yang bersangkutan mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan, jadi dalam menilai barang harus diperhatikan tidak hanya kegunaannya, tetapi juga harus dipertimbangkan tentang kelangkaannya(scarcity)

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar