Ekonomi Mazhab Austria adalah cabang ekonomi neo klasikal yang dibentuk di Wina (ibu kota Austria) pada akhir abad ke 19 dan paruh pertama abad ke 20. Mazhab ini secara keras menentang Marxisme - dan secara umum mengkritik penggunaan teori ekonomi untuk membenarkan intervensi pemerintah di bidang ekonomi. Tokoh-tokoh paling terkenal dari mazhab ini adalah Carl Menger, Friederich Hayek, Joseph Schumpeter, dan Ludwig Von Mises. Mazhab Austria menekankan definisi ekonomi sebagai sebuah ilmu yang bertumpu pada tingkah laku manusia dalam berbagai hubungan antara lain mencukupi kebutuhan, realita kelangkaan, dan alternatif yang tersedia.
Dalam mazhab ini tokoh Carl Menger sangat
berperan. Selain teori-teorinya yang dipakai. Carl Menger dianggap sebagai
bapak pendiri mazhab ekonomi Austrian. Hal ini disebabkan ia bertanggungjawab
atas pengembangan dua pilar ekonomi Austrian.
·
Pertama, Menger membantu membentuk teori nilai
subjektif.
·
Kedua, ia berpendapat bahwa pengetahuan ekonomi
hanya dapat diperoleh dengan menarik kesimpulan dari asumsi-asumsi yang sudah
dianggap benar.
II. BIOGRAFI TOKOH
Carl Menger lahir di Neu-Sandez, 1840. Beliau
merupakan putra pengacara yang ibunya adalah putri dari pedagang Bohemian yang
kaya. Menger adalah salah satu dari tiga bersaudara. Pada tahun 1859-1860,
mempelajari hukum dan ilmu politik di universitas Vienna dan memperoleh gelar
Doktor dari Universitas Krakow pada tahun 1867. Setelah menyelesaikan
pendidikannya beliau mulai menulis sejumlah novel pendek dan komedi di
Koran-koran local. Menjadi reporter di kantor perdana menteri di Vienna. Dan
sering menulis untuk Koran resmi wiener zeitung.
Pada tahun
1871 mulai mengajar di Austrian civil service menjadi seorang privatdozent,
pengajar yang tak dibayar. Karena ke dermawananya beliau diangkat menjadi
seorang professor “extraordinary” di bidang hukum dan ilmu politik dan memgajar
pangeran pewaris tahta Austria. Dan hingga akhirnya pada tahun 1879, Menger
diangkat sebagai ketua jurusan hukum dan ekonomi politik di Universitas Vienna.
Pada 1903,
di usia 63 tahun, Menger mengundurkan diri dari jabatan prestisiusnya sebagai
ketua jurusan di universitas Vienna. Hal ini disebabkan sakit, tetapi sakitnya
tak pernah diketahui. Baru-baru ini muncul bukti bahwa Carl Menger telah lama
menjalin hubungan tanpa nikah dengan Hermine Andermann seorang pelayan. Dan
mempunyai putra Karl lahir dan satu setengah tahun kemudian dia mengajukan
pensiun. Carl Menger meninggal dalam keadaan belum menikah sebab Hermaine Katolik, dan seorang katolik tidak boleh
menikahi orang Yahudi tetapi dia berusaha dan akhirnya mendapat pengakuan sah
dari kaisar Joseph untuk putranya, yang kelak menjadi ahli matematika terkenal.
Carl Menger mewarisi Hermine perpustakaannya yang berharga. Hingga seorang
Profesor Jepang yang membeli perpustakaan Menger untuk dibawa ke Tokyo. Dan pada
1987, cucu Menger,Eve,menyumbangkan paper-paper Carl Menger untuk Duke
University. Untungnya, karya utama dari pengikut-pengikutnya, Natural Value
oleh Wiesel dan Positive Theory of Capital oleh Bohm-bawerk, telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris pada akhir abad 19, sehigga teori-teori Carl Menger
dapat tersebar.
III. KARYA ILMIAH
Carl Menger
mengeluarkan karya-karya ilmiah diantaranya Principel if economics, Untersuchungen (1883) dan masih banyak yang
lain.
1)
Principel if
economics
Pada karya yang pertama ini memuat beberapa hal
antara lain:
a)
beliau membuat beberapa sumbangan yang menyangkut teori
nilai dan metodologi ekonomi.
b)
seorang dari ahli ekonomi pertama yang menemukan teori
kepuasan marjinal dari nilai dan prinsip kepuasan marjinal yang semakin
berkurang, dan ia adalah salah seorang pendukung paling awal terhadap teori
nilai subjektif
c)
Teori tentang sifat ilmu ekonomi dan cara yang tepat
untuk melakukan analisa ekonomi.
d)
Usaha untuk mengembalikan ilmu ekonomi ke dunia nyata
karena kurang dihargainya ekonomi klasik di daratan Eropa. Yaitu dengan
pengakuan bahwa barang-barang mempunyai nilai karena barang-barang tersebut
memenuhi kebutuhan kita.
e)
Menger berpendapat bahwa nilai lebih ditentukan oleh
faktor subyektif (kepuasan atau permintaan) daripada faktor obyektif (diaya
produksi atau persediaan).
f)
Nilai menurut Menger, berasal dari kepuasan kebutuhan
manusia.
g)
Manusia perlu menciptakan permintaan akan
barang-barang, karena mereka menjadi kekuatan penggerak dari pertukaran ekonomi
dan membantu menentukan harga.
h)
Menger juga berpendapat, karena kebutuhan manusia lebih
besar daripada barang yang tersedia untuk memuaskan kebutuhan ini, orang-orang
akan memilih secara rasional diantara semua barang alternatif yang tersedia
untuk mereka.
i)
Menurut Menger, barang-barang harus memuaskan kebutuhan
subyektif dari konsumen, dan konsumen harus mengakui fakta ini jika
barang-barang mempunyai nilai.
j)
Menger juga mengakui bahwa ketika semakin banyak jumlah
barang yang dibeli seseorang, setiap urutan kuantitas yang dibeli akan
mengurangi kepuasan konsumen. Yaitu, orang mempunyai kepuasan marjinal yang
menurun ketika mereka banyak mengkonsumsi barang.
k)
Menger juga
mengungkapkan bagaimana individu membuat keputusan sehubungan dengan apa yang
hendak dikonsumsi atau berapa jumlah uang mereka yang hendak dibelanjakan.
Karena pendapatan konsumen yang tersedia terbatas, individu pertama-tama akan
membeli barang-barang yang memuaskan kebutuhan yang lebih penting.
Barang-barang dengan nilai subyektif 10 akan dikonsumsi lebih dulu sebelum
barang dengan nilai 9, yang pada gilirannya akan dikonsumsi lebih dulu sebelum
barang dengan nilai nilai 8 atau dibawahnya.
l)
Menger perdagangan adalah produktif karena orang-orang tidak akan berdagang
kecuali mereka merasa bahwa barang yang mereka terima akan memberikan lebih
banyak kepuasan ketimbang barang yang mereka serahkan.
m)
Menurut Menger, karena nilai-nilai berasal dari
Individu, analisa ekonomi harus dimulai dengan mempelajari individu. Posisi ini
kemudian dikenal sebagai Individualisme netodologis.
n)
Menger juga mengakui bahwa faktor-faktor produksi
(tanah, tenaga kerja, modal) mempunyai nilai karena mereka memuaskan keinginan
secara tidak langsung; faktor-faktor ini dibutuhkan untuk memproduksi
barang-barang yang diinginkan oleh orang-orang. Untuk mencari nilai aktual dari
faktor-faktor ini Menger berpendapat bahwa kita harus menarik satu unit dari
faktor (misalnya pekerja) dan mengamati berapa output yang hilang. Nilai dari
output ini adalah nilai yang ditambahkan oleh pekerja tersebut. Nilai ini
mempresentasikan kepuasan konsumen yang dihasilkan oleh pekerja itu. Nilai yang
diciptakan oleh masing-masing faktor produksi karena itu yang digunakan dalam memproduksi
barang pasti tergantung pada nilai yang diharapkan yang diciptakan oleh faktor
tersebut.
2)
Untersuchungen
(1883)
Karya Menger yang kedua adalah Untersuchungen berusaha menempatkan
ekonomi di atas landasan teori dan metodologi yang kuat dengan mempertahankan
metodenya dan mengemukakan argumen yang menentang metode Madzhab Historis.
Beliau mengisi karyanya ini dengan beberapa hal:
a) Menger
dengan tegas menekankan pada metode analisis individualistik dan fakta bahwa
pengetahuan ekonomi diperoleh secara periode atau srbelum pengalaman ekonomi di
dunia nyata. Bagi Menger mempelajari ekonomi melibatkan studi preferensi
individu (atau permintaan) dan menjelaskan bagaimana hal ini membawa kepada
penomena yang diamati seperti perbedaan harga atau barang.
b) Beliau
merupakan ekonom yang memperkuat teori dari Adam Smith dan system kapitalis.
Minat utama Menger adalah ingin menggantikan model klasik dengan pendekatan
teoritis yang baru.
IV.
TEORI CARL MENGER
Air dan
udara memiliki nilai penukaran yang rendah, padahal air dan udara memiliki
nilai kegunaan yang tinggi. Sebuah lukisan, patung, dan anggur yang tidak
memiliki kegunaan yang tinggi berharga sangat mahal. Seorang tokoh klasik,
Richardo, sampai pada akhir hayatnya masih belum memahami kenapa anggur yang
disimpan dalam gudang selama 3 atau 4 hari, atau mengapa pohon oak yang
nilainya tak lebih dari 2 sen sebelum diolah, tetapi kemudian muncul menjadi
senilai 100 pound.
Sekitar
tahun 1870 timbul hampir bersamaan di Austria, Perancis dan Inggris suatu
”ajaran nilai baru” yang dikemukakan oleh Karl Menger, Leon Walras dan W.
Stenley Jevons. Teori baru ini menempatkan konsumen sebagai obyek penilai
terakhir di pusat perhatian ekonomi. Nilai sesuatu barang harus dijelaskan
bahwa sesuatu barang mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan. Dengan
perkataan lain, suatu barang mempunyai nilai karena barang itu memberikan nilai
guna bagi subyek penilai.
Nilai guna
bagi seseorang dengan seorang yang lain dapat berbeda. Kegunaan barang juga
dipengaruhi unsur subyektifitas. Menurut Mazhab Austria nilai penukar harus
dituangkan dari nilai pemakaian yang subjektif, jadi arti barang itu untuk
kesejahteraan subjek ekonomi.
Mazhab
Austria telah memecahkan soal antinomi nilai, yaitu paradoks ekonomi yang tak
terpecahkan oleh kaum klasik dan yang mengatakan bahwa barang yang mempunyai
nilai pemakaian yang terbesar seperti air dan hawa justru mempunyai nilai
penukaran yang paling sedikit. Dalam hubungan ini, menurut Mazhab Austria,
nilai sesuatu barang harus diterangkan bahwa sampai seberapa jauh barang yang
bersangkutan mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan.
Untuk
memecahkan soal antinomi nilai ini, Menger mengemukakan pembedaan antara
kegunaan jumlah seluruhnya suatu barang dan kegunaan satuan tertentu yang
ditambahkan atau dikurangkan dari persediaan yang ada. Dalam menilai barang
maka harus diperhatikan tidak hanya kegunaanya, tetapi juga harus
dipertimbangkan tentang kelangkaanya (scarcity).
Gossen
mengemukakan hukum kejenuhan (law of diminishing utility). Selanjutnya Menger
berusaha menjawab soal bagaimana konsumen dalam harga tertentu daripada
barang-barang akan membagi pendapatannya atas berbagai kategori kebutuhan.
Contohnya, seorang konsumen dari penghasilannya akan mempergunakan empat satuan
guna untuk kebutuhan makanannya, tiga satuan guna untuk perumahan, dua satuan
guna untuk pakaian, dan satu satuan guna untuk sepatu.
Von Bohm
Bawerk menunjukkan adanya persaingan pada kedua belah pihak antara penjual dan
pembeli yang selanjutnya menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi tingginya
harga:
1. Jumlah
barang-barang yang dikehendaki
2. Tinggi
angka-angka taksiran di pihak para pembeli.
3. Jumlah
barang yang ditawarkan.
4. Tinggi
angka-angka taksiran di pihak para penjual.
Mazhab
Austria menganalisis tentang pembentukan harga diikuti oleh teori pembagian
hasil masyarakat yang diketengahkan oleh Menger. Von Bohm Bawerk dan von Wieser
yakin bagaimana membagi pendapatan masyarakat kepada faktor-faktor produksi
yang ikut serta dalam proses produksi. Harga-harga faktor produksi merupakan
nilai turunan daripada final product-nya.
Penemuan
yang diciptakan oleh Menger, yang diberi nama “law of imputations”. Merupakan
hukum yang mematahkan teori David Ricardo dan Karl Max. karena menurut Menger,
“factor penentu dalam nilai suatu barang bukanlah kuantitas tenaga kerja atau
kuantitas barang-barang lain yang diperlukan untuk produksinya atau kuantitas
yang diperlukan untuk reproduksinya. Yang menentukan adalah besarnya arti
penting dari kepuasannya dimana kita secara sadar tergantung pada fungsi barang
tersebut.
Ringkasnya,
Menger telah membalikan arah hubungan sebab-akibat antara nilai dan biaya.
Barang konsumen dinilai bukan berdasarkan penggunaan tenaga kerja atau
alat-alat produksi lainnya. Sebaliknya, alat-alat produksi adalah berharga
karena ada nilai prospektif dari barang konsumen. Jadi, nilai dari semua barang
produsen dan capital pada akhirnya ditentukan oleh konsumen.
V.
KELEMAHAN TEORI CARL MENGER
Mulai dari
tahun 1875 sampai 1884 Menger terlibat dalam perselisihan metodologis yang
sengit dengan gustav Schomoller, seorang pemimpin Mazhab Historis Jerman,
perselisihan mungkin merupakan deskripsi yang terlalu eufimistic karena
keduanya sesungguhnya saling menghina dan jauh dari perdebatan akademik yang
sesungguhnya. Apalagi perdebatan itu sendiri cukup aneh mengingat Menger
mempersembahkan The Principles kepada Roscheer seorang pemimpin mazhab
histories yang lain.
Menurut
mazhab histories, hukum ekonomi harus ditemukan dalam fakta sejarah yang
terkumpul selama jangka waktu yang lama. Sebelum fakta tersebut diajukan maka
akan terlalu dini untuk mengembangkan teori ekonomi. Cara yang benar untuk
memahami adalah melihat pada data sejarah, mencari keteraturan dan kemudian
membuat kesimpulan tentang bagaimana ekonomi bekerja. Mazhab historis menolak
metode abstrak – deduktif dalam memahami ekonomi dimana prinsip – prinsip
ekonomi diambil dari asumsi karakteristik orang dan pasar sebaliknya, mereka
menerima relativisme berkenaan dengan hubungan ekonomi dan kebijakan ekonommi
bagi mazhab historis dunia bekerjja secara berbeda pada waktu dan tempat
berbada pula.
Bertentatangan
dengan ini, menurut Menger, teori pembangunan lebih mengutamakan akumulasi
data. Menger berpendapat bahwa metode ilmiah yang tepat melibatkan pencarian
karakteristik esensial dari fenomena ekonnomi atau hubungan yang diperlukan
antara variabel–variabel ekonomi (seperti fakta bahwa harga rendah untuk
beberapa barang akan menyebabkan orang lebih banyak membeli barang itu).
Ekonomi historis atau ompiris tidak dapat melakukan hal ini karena
kadang–kadang harga jatuh dan orang-orang berharap agar harga terus merosot. Akibatnya
ekonomi historis tidak bisa memberikan hasil definitif. Menurut Manger hanya
introspeksi yang dapat memberikan kebenaran yang absolut dan diperlukan.
VI.
KERELEVAN MAZHAB AUSTRIA
Mazhab Austria merupakan suatu
aliran mazhab mengemukakan tentang teori nilai subjektif dimana nilai suatu
barang diliat dari kemampuan barang tersebut memberikan nilai guna bagi suatu
barang diliat dari kemampuan barang tersebut memberikan nilai lebih subjek
penilainya. Namun juga dijelaskan bahwa dalam menilai barang juga harus diperhatikan
tentang kelangkaannya. Bila diterapkan denag kondisi saat ini sangat jelas
terlihat bahwa jika suatu barang yang memiliki nilai guna sangat besar bagi
subyek penilai mengalami kelangkaan, maka harga barang itu memiliki nilai guna
yang tinggi, dengan harga tinggi pun masyarakat akan tetap membeli. Misalnya
saja beras dan bensin. Pada saat ini kedua barang tersebut tentu merupakan
barang yang sangat besar nilai gunanya. Dan saat barang tersebut mengalami
kelanngkaan, masyarakat akan tetap membeli meski harga jual.
VII.
KESIMPULAN
Aliran atau mazhab Austria
sebenarnya merupakan suatu reaksi terhadap mazhab sejarah (historis) yang lebih
memperhatikan politik dan sejarah perekonomian dari teori ekonomi sendiri. Yang
menjadi sorotan dari aliran ini ialah nilai dan harga. Menger melihat nilai
suatu barang dari sudut konsumen sebagai objek penilai terakhir dari pusat
perhatiaan ekonomi. Nilai suatu barang harus dijelaskan bahwa suatu barng
mempunyai kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan dengan kata lain, suatu barang
mempunyai nilai karena barang itu memberikan nilai guna bagi subyek penilai.
Mazhab Austria juga memecahkan
soal antinomy nilai. Menger mengemukakan nilai suatu barang harus diterangkan
bahwa sampai seberapa jauh barang yang bersangkutan mempunyai kesanggupan untuk
memenuhi kebutuhan, jadi dalam menilai barang harus diperhatikan tidak hanya
kegunaannya, tetapi juga harus dipertimbangkan tentang kelangkaannya(scarcity)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar